Metodetafsir ini berusaha untuk menerangkan arti ayat-ayat al-Qur'an dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-urutan ayat atau surah dalam mushaf, dengan menonjolkan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat- ayatnya, hubungan surah-surahnya, sebab-sebab turunnya, hadis-hadis yang berhubungan dengannya, pendapat-pendapat para mufassir terdahulu dan mufassir itu sendiri diwarnai oleh latar belakang pendidikan dan keahliannya Ciri-ciri metode tahlili adalah penafsiran yang mengikuti metode
TafsirTahlili merupakan suatu metode tafsir Al-Qur'an yang cara penafsirannya dilakukan secara detail dari setiap ayat-ayat yang ditafsir. Aspek yang dibahas dalam metode tafsir tahlili, yaitu kosa kata, lafadz, arti yang dikehendaki, dan sasaran yang dituju dari kandungan ayat yang ditafsir, yaitu unsur ijaz, balaghah, dan keindahan kalimat. Aspek pembahasan makna dari ayat yang ditafsir, meliputi hukum fikih, dalil syar'i, norma-norma akhlak, akidah atau tauhid, perintah, larangan
Keistimewaanlainnya adalah luasnya bahasan penafsiran. Pada dasarnya, selain kedetilan, keluasan bahasan juga menjadi salah satu ciri khusus yang membedakan tafsir tahlili dengan tafsir ijmali. Seperti disebutkan di atas, bahwa salah satu keistimewaan tafsir tahlili dibandingkan dengan tafsir ijmali adalah kedetilannya dalam menguraikan sebuah ayat.
TafsirTahlili; Etika Berpakaian Dalam Islam. Kriteria Pemuda Sukses Dalam Perspektif Al-Qur'an. Tafsir Q.S Al-Baqarah Ayat 234-235 (1): Idah Talak dan Idah Wafat. Makna dan Ragam Amanah dalam Al-Qur'an. SEBELUMNYA SELANJUTNYA. Ulumul Quran. 8 Ciri Berjalan Rasulullah. Maka, berdasarkan kedua hadis tersebut dapat kita tarik kesimpulan
Dari2 atsar hadist yang kami nukil ada beberapa ciri" khowarij dan itu mirip sekali dengan wahabi yang ngaku" salaf dan ngaku" ahlussunnah. 1. Gampang memvonis kafir,syiah, bid'ah tanpa ada penelitian terlebih dahulu seperti yang disebutkan di dalam atsar di atas padahal mereka tau siapa sa'ad bin abi Waqqash .
TafsirTahlili adalah suatu metode tafsir yang dimaksud menjelaskan ayat Al-Quran dari seluruh aspeknya dan menjelaskan kosa kata ayat demi ayat. Susunan tafsir model ini dimulai sesuai dengan susunan Al-Quran itu sendiri. Metode tafsir ini juga menafsirkan al-Quran secara global (umum) dan mencamtumkan munasabah atau hubungan antar ayat dan juga asbabun nuzulnya.
TafsirTahlili; Kriteria Pemuda Sukses Dalam Perspektif Al-Qur'an. Tafsir Q.S Al-Baqarah Ayat 234-235 (1): Idah Talak dan Idah Wafat Sedangkan dilihat dari pendekatan dan corak tafsir al-Ibriz yakni ciri khas atau kecenderungannya, tafsir al-Ibriz tidak memiliki kecenderungan dominan pada satu corak tertentu. Karena di dalamnya mencakup
BERITADIY - Bacaan Surat Yasin lengkap 83 ayat teks Arab, latin, dan artinya untuk amalan saat malam Jumat, ini link online PDF full tersedia di sini. Membaca Surat Yasin lengkap 83 ayat saat malam Jumat menjadi salah satu amalan yang dapat dilakukan umat muslim.. Surat yang terdiri dari 83 ayat ini tergolong ke dalam Surat Makiyyah karena diturunkan kepada Rasulullah SAW di Kota Makkah.
CiriCiri Metode Tafsir Ijmali. Ciri-ciri dari metode ini yaitu mufassir menafsirkan al-Qur`an dari awal hingga selesai tanpa perbandingan (muqarin) dan penetapan judul (maudu'i). Dalam metode ijmali tidak ada ruang untuk mengemukakan pendapat sendiri.
A Ciri-Ciri tafsir dengan Metode Tahlili Ciri-Ciri tafsir dengan metode tahlili antara lain : 1. Mengemukakan munasabah (korelasi) antara ayat atau surat 2. Menjelaskan sebab-sebab turunya al-Quran 3. Menganalisis lafadz atau mufrodat dengan sudut pandang kebahasaan/linguistic 4.
Zuailan Metode Tafsir Tahlili |59 Diya al-Afkar Vol.4 No.01, Juni 2016 METODE TAFSIR TAHLILI Zuailan Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta Email: Zuailan.alhafizh@ Tafsir dilihat dari metodenya terdiri dari 4 macam yaitu Tahlili, Ijmali, Muqarran dan Maudhu'i. Tafsir tahlili ini banyak dilakukan oleh beberapa mufassir, mereka
/ pengertian tafsir tahlili. Ciri-ciri Tafsir Tahlili. Metode tafsir tahlili memiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnnya, yaitu: 1. Mufasir menafsirkan ayat per ayat sesuai dengan urutan dalam mushaf utsmani, yaitu mulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri oleh surat An-Nas. 2.
Dalambahasa Arab, kata tafsir berasal dari akar kata al-fasr yang berarti penjelasan atau keterangan. Sedang al-ma'tsur berasal dari akar kata atsara yang berarti mengutip. Sedangkan menurut pengertian terminologi tafsir bil ma'tsur ialah sebagai rangkaian keterangan yang terdapat dalam Alquran, sunah atau kata-kata sahabat sebagai penjelasan terhadap firmanAllah.
Metodetaងlīlī memliki ciri tersendiri dibandingkan dengan metode tafsir yang lain. Berikut ini beberapa ciri-ciri dari metode tafsir taងlīlī : Membahas segala sesuatu yang menyangkut satu ayat itu. Tafsir taងlīlī terbagi sesuai dengan bahasan yang ditonjolkannya, seperti hukum, riwayat dan lain-lain. Pembahasannya disesuikan
1807/2021. Tafsir Surah Al Muddassir. Senantiasa Allah meminta Nabi Muhammad untuk menyeru kepada umat manusia agar meninggalkan perbuatan dosa seperti menyembah berhala di dalam Tafsir Surah Al Muddassir Ayat 5-9. Selain itu Allah juga mengingatkan Nabi Muhammad untuk senantiasa bersikap sabar serta dijelaskan pula ciri-ciri orang sabar dalam
R4S4n8F. Al-Qurâan Al-Karim adalah kitab Allah Subhanahu wa Taâala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallahu alai wa Sallam melalui perantara Malaikat Jibril dan dinilai beribadah dengan membacanya. mushaf al-Qurâan diawali dengan huruf Űš dalam kalimat basmallah dan diakhiri dengan huruf Űł dalam surat al-Nas. Huruf Űš dan Űł jika digabungkan akan menjadi sebuah lafad ۚ۳ yang memiliki arti ÙÙۧÙŰ© cukup, sehingga dapat difahami, bahwa dengan membaca al-Qurâan sudah cukup bagi pembacanya di dunia maupun di akhirat. Baca juga Perbedaan Penafsiran Ulama dalam Memahami Nash Al-Qurâan Al-Qurâan Al-Karim mengandung perkara-perkara yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, kisah-kisah, peraturan-peraturan yang mengatur semua tingkah laku manusia di dunia, secara individu atau sosial untuk mendapatkan kebahagian haqiqi di dunia dan di akhirat. Al-Qurâan Al-Karim diturunkan dengan lisan berbahasa arab, sehingga dibutuhkan sebuah ilmu yang khusus untuk memahami isi dan kandungan al-Qurâan, salah satu ilmu untuk memahami isi dan kandungan kitab suci al-Qurâan adalah ilmu tafsir dan ilmu-ilmu al-Qurâan ulum al-Qurâan. Ilmu tafsir dan ulum al-Qurâan merupakan ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya dan luas cakupannya. Kedua ilmu ini disebut sebagai ilmu yang paling mulia, karena kemulian sebuah ilmu itu berkaitan dengan teori dan materi yang dipelajarinya, sedangkan ruang lingkup pembahasan kedua ilmu ini berkaitan dengan Kalamullah al-Haq yang sudah pasti sebagai petunjuk dan pembeda dari perkara-perkara yang haq dan bathil. Kedua ilmu ini dikatakan paling luas cakupannya, karena seorang yang Ahli Tafsir akan membahas berbagai macam disiplin ilmu, dia terkadang membahas akidah, fikih, akhlak, bahkan terkadang membahas ilmu-ilmu umum yang berkaitan dengan kemukjizatan al-Qurâan. Di samping itu, tidak mungkin seseorang dapat memetik pelajaran dari ayat-ayat al-Qurâan, kecuali dengan mengetahui makna-makna dan rahasia-rahasianya. Pembahasan Metode Penafsiran al-Qurâan al-Karim Maksud dari istilah asalib al-Qurâan adalah sebuah metode untuk menyampaikan makna-makna al-Qurâan kepada penuntut ilmu dan mendekatkannya pada makna yang sesuai. Para pakar ulum al-Qurâan al-Karim atau ulum al-Tafsir menyebutkan empat metode penafsiran 1. Metode Tahlili analitik 2. Metode Ijmali global 3. Metode Muqarran perbandingan 4. Metode Maudhui tematik Metode Tafsir TahliliPengertian Tafsir Tahlili Kata tahlili secara harfiyah berasal dari bahasa arab dengan pecahan dari kata halla yang terdiri dari huruf ha dan lam. Halla memiliki arti membuka sesuatu, sedangkan kata tahlili bentuk mashdar dari kata hallala, yang secara sematik berarti mengurai, menganalisis, menjelaskan bagian-bagian serta fungsinya masing-masing. Al-Farmawi mendefinisikan metode tafsir tahlili ini sebagai tafsir yang mengkaji ayat-ayat al-Qurâan dari segi maknanya berdasarkan urutan ayat atau sunnah dalam mushaf al-Qurâan sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan menjelaskan pengertian dan kandungan lafal-lafalnya, hubungan ayat-ayatnya hubungan surat-suratnya, sebab turunnya ayat, hadits-hadits yang berhubunghan dengannya, pendapat para mufassir terdahulu yang di warnai oleh latar belakang pendidikan dan keahlian masing-masing. Tafsir tahlili merupakan metode tafsir ayat-ayat al-Qurâan dengan memaparkan segala bentuk yang berkaitan dan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu, serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan pengetahuan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Ciri-Ciri Tafsir Tahlili Kitab tafsir maupun pemikiran seorang tokoh yang menggunakan metode tafsir tahlili tentunya memiliki ciri-ciri khusus untuk mempermudah dalam menganalisanya. Ciri-ciri tersebut adalah Seorang mufassir menafsirkan ayat demi ayat sesuai dengan urutan dalam mushaf ustmani, yakni dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri oleh surat mufassir menjelaskan makna yang terkandung dalam al-Qurâan secara komprehensif dan menyeluruh, baik makna harfiah setiap kata maupun asbabun yang digunakan metode tahlili tidak sesederhana yang dipakai metode tafsir Kitab Tafsir dengan Metode Tahlili Kitab tafsir terutama kitab tafsir klasik lebih banyak menggunakan metode tahlili, di antara kitab tafsir klasik yang menggunakan metode tahlili adalah Jamiâ al-Bayan fi Tafsir al-Qurâan, karangan Imam Ibn Jarir al-Tanzil atau al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam al-Ghaib, karangan Imam Fakhrur Metode Tafsir Tahlili Keistimewaan metode tafsir tahlili yang banyak dilakukan oleh para ulama dapat dirangkum sebagai berikut Sumber yang arti kosa-kata dalam al-Qurâ dan Tafsir TahliliPeluang untuk masuknya israiliyyat lebih untuk masuknya informasi yang tidak penting lebih wadah, kata dan waktu yang relatif lebih Tafsir IjmaliPengertian Tasfir Ijmali Kata Ijmali secara bahasa artinya ringkas, global dan penjumlahan, maka bisa dikatakan metode tafsir ijmali ialah metode penafsiran al-Qurâan yang dilakukan dengan cara mengemukakan makna umum global. Seorang mufassir dengan metode ini dapat menjelaskan ayat-ayat al-Qurâan secara garis besar maksud ayat al-Qurâan. Baca juga MTQ Bukan Sekedar Lomba Menang dan Kalah Sistematik tafsir ijmali mengikuti sesuai urutan surat-surat dalam mushaf al-Qurâan, sehingga makna-maknanya dari hasil penafsiran dengan metode ijmali dapat saling berhubungan dan tidak terbatas. Mufassir yang menggunakan metode ijmali dalam menyajikan penafsirannya menggunakan ungkapan-ungkapan yang diambil dari kitab suci al-Qurâan dengan menambahkan beberapa kata atau kalimat penghubung, sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahaminya. Disisi lain seorang mufassir yang menggunakan metode seperti ini juga dapat meneliti asbabun nuzul peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat, riwayat qiraâat macam-macam bacaan dan hadits-hadits atau atsar-atsar yang berhubungan dengannya. Ciri-Ciri Tafsir Ijmali Ciri-ciri dari metode ini adalah mufassir menafsirkan al-Qur`an dari awal sampai akhir tanpa perbandingan muqarin dan penetapan judul maudluâi. Dalam metode ijmali tidak ada ruang untuk mengemukakan pendapat sendiri. Contoh Kitab Tafsir dengan Metode Ijmali Kitab tafsir terutama kitab tafsir kontemporer banyak yang menggunakan metode ijmali, di antara kitab tafsir yang menggunakan metode ijmali adalah Al-Tafsir al-Wadlih ditulis oleh Dr. Muhammad al-Basith oleh Dr. Wahbah al-Bayan fi Maqosid al-Qurâan ditulis oleh Dr. Shidiq Hasan Metode Tafsir IjmaliPraktis dan mudah dipahami praktis tanpa dari penafsiran isra`iliyyat, dikarenakan ringkasnya bahasa yang singkat dan dekat dengan bahasa al-Qur` Metode Tafsir IjmaliKurang diperhatikan kaitan antara satu ayat dengan ayat-ayat yang penafsiran terbatas untuk penjelasan yang memadai. Penutup Tafsir tahlili merupakan metode penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qurâan dengan memaparkan segala bentuk aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qurâan yang ditafsirkan, serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan seorang mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Sedangkan metode ijmali sebagaimana yang disebutkan oleh al-Farmawi dalam kitab al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudluâi adalah sebuah metode penafsiran al-Qurâan yang digali dan disajikan dengan cara mengemukakan makna umum global. Kedua metode ini terus berkembang hingga dewasa ini, walaupun dari kedua metode ini memiliki sisi kekurangan, namun tidak lepas juga, bahwa keduanya memiliki sisi keistimewaan. Artinya lepas dari sisi kekurangannya dalam metode penafsiran, keduanya sangat baik dan penting untuk diketahui dan diajarkan. Sangat penting, bahwa surat-surat dalam mushaf al-Qurâan pasti diawali dengan huruf baâ-nya âbismillah arrahmaan arrahiihâ dan diakhiri dengan huruf sin dari surat âannasâ, kedua huruf tersebut jika digabunggkan akan menjadi sebuah kata yaitu; lafad âbasâ searti dengan lafad âkifaayahâ yaitu cukup. Akhiran, Pelajari al-Qurâan dengan sungguh-sungguh niscaya akan mencukupimu di dunia dan akhirat. Sumber Diambil dari kajian LPQNU Sudan dengan narasumber H. Muhammad Dzakwanul Faqih, B,Sh. pada 16 Agustus 2019 Referensi Abdul Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhuâi, Kairo al-Hadharah al-Arabiyah, 1977. Abuna al-Syaihk Abdurrahim al-Rukaini dalam sebuah Khitobah-nya. Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya Pustaka Progresif, 2005. Manaâ Khalil al-Qaththan, Mabahis fi Ulum al-Qurâan, Mesir Maktabah Wahbah, tthn. Usman, Ilmu Tafsir, Yogyakarta Teras, 2009. Baca juga MTQ Virtual Tingkat PCINU Sedunia
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAl-Qurâan adalah kallamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Maka dari itu, kita sebagai umat manusia harus bisa memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qurâan agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk bisa memahami isi kandungannya lahirlah ilmu tafsir menurut beberapa ulama dibagi menjadi empat macam yaitu, tafsir Tahlili, tafsir Ijmali, tafsir Muqaran, dan tafsir Mawdluâi. Namun, yang akan kita bahas kali ini yaitu tentang tafsir Tahlili adalah ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qurâan secara detail dari mulai ayat demi ayat, surat demi surat ditafsirkan secara berurutan, selain itu juga tafsir ini mengkaji Al-Qurâan dari semua segi dan maknanya. Tafsir ini juga lebih sering digunakan daripada tafsir-tafsir yang ulama membagi tafsir Tahlili menjadi beberapa macam yaitu, tafsir maâtsur, tafsir raâyi, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, dan tafsir Adab Al-Ijtimaâi. Dan untuk lebih jelasnya tentang tafsir Tahlili akan dibahas pada bab Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan tafsir Tahlili?2. Bagaimana ciri-ciri dari tafsir Tahlili?3. Apa Contoh tafsir Tahlili?4. Apa keistimewaan dan kelemahan tafsir Tahlili?BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Tafsir Tahlili Tafsir Tahlili merupakan metode tafsir ayat-ayat Al-Qurâan dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.[1] Selain itu, ada juga yang menyebutkan tafsir tahlili adalah tafsir yng mengkaji ayat-ayat Al-Qurâan dari segala segi dan maknanya. Seorang pengkaji dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qurâan, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushhaf Utsmany. Untuk itu ia menguraikan kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur iâjaz, balaghah dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang diistinbathkan dari ayat, yaitu hukum fikih, dalil syarâi, arti secara bahasa, norma-norma akhlak, aqidah atau tauhid, perintah, larangan, janji, ancaman, haqiqat, majaz, kinayah, dan istiâarah. Di samping itu juga mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya . Dengan demikian sebab nuzul ayat atau sebab-sebab turun ayat, Hadits-hadits Rosulloh SAW dan pendapat para sahabat dan tabiâin-tabiâin sangat dibutuhkan. Maka, tafsir tahlili merupakan ilmu tafsr yang menafsirka ayat-ayat Al-Qurâan secara berurutan dari ayat per ayat sesuai urutan pada mushaf utsmani, menjelaskan setiap ayatnya secara detail yang meliputi beberapa hal antara lain, isi kandungan ayatnya, asbab al nuzulnya, dan lain-lain. Metode tafsir Tahlili ini sering dipergunakan oleh kebanyakan ulama pada masa-masa dahulu. Namun, sekarangpun masih digunakan. Para ulama ada yang mengemukakan kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebar ithnab, seperti Al-Alusy, Al-Fakhr Al-Razy, Al-Qurthuby dan Ibn Jarir Al-Thabary. Ada juga yang menemukakan secara singkat ijaz, seperti Jalal al-Din Al-Shuyuthy, Jalal al-Din Al-Mahally dan Al-Sayyid Muhammad Farid Wajdi. Ada pula yang mengambil pertengahan musawah, seperti Imam Al-Baydlawy, Syeikh Muhammad Abduh, Al-Naysabury, dll. Semua ulama di atas sekalipun mereka sama-sama menafsirkan Al-Qurâan dengan menggunakan metode Tahlili, akan tetapi corak Tahlili masing-masing berbeda. [2]Para ulama telah membagi wujud metode tafsir Tahlili menjadi tujuh macam, yaitu tafsir bil Maâtsuri, tafsir bir Raâyi, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, tafsir Adab al-ijtimiâ Tafsir Tahlili bentuk Maâtsuri / tafir bi al-Maâtsuri riwayatTafsir bil Maâtsuri yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qurâan dengan ayat-ayat lain, dengan sunnah Nabi SAW, dengan pendapat sahabat Nabi SAW, dan dengan perkataan tabiâin. Menurut Subhi as-Shalih, bentuk tafsir seperti ini sangat rentan terhadap masuknya pendapat-pendapat di luar Islam, seperti kaum zindiq Yahudi, Parsi, dan Parsi, dan masuknya hadits-hadits yang tidak shahih.[3]2. Tafsir Tahlili Bentuk bir Raâyi / tafsir bi al-RaâyiTafsir bir Raâyi merupakan cara penafsiran Al-Qurâan dengan dan penalaran dari mufasir itu sendiri. Mufasir dalam metode ini diberi kebebasan dalam berpikir untuk menafsirkan Al-Qurâan. Hal tersebut tentu dibatasi oleh kaidah-kaidah penafsiran Al-Qurâan, agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam menafsirkan Al-Qurâ Tafsir Tahlily Bentuk ShufiTafsir Shufi mulai berkembang ketika ilmu-ilmu agama dan sains mengalami kemajuan pesat serta kebudayaan Islam tersebar di seliruh pelosok dunia dan mengalami kebangkitan dalam segala seginya. Tafsir ini lebih menekankan pada aspek dan dari sudut esoterik atau isyarat-isyarat yang tersirat dari ayat oleh para tasawuf. Metode bentuk ini dibagi menjadi dua yaitu, teoritis dan praktis. Dalam bentuk teoritis, mufasir menafsirkan Al-Qurâan dengan menggunakan mazhabnya dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Mereka mentaâwilkan ayat-ayat Al-Qurâan dengan penjelasan yang menyimpang dari pengertian tekstual yang telah dikenal dan didukung oleh dalili Syarâi. Sedangkan dalam bentuk praktis, mufasir menafsirkan ayat-ayat Al-Qurâan dengan berdasarkan isyarat-isyara tersembunyi. 4. Tafsir Tahlili Bentuk Fikih Tafsir Fikih adalah tafsir yang menekankan pada tinjauan hukum dari ayat yang di tafsirkan. Tafsir ini banyak di temukan dalam kitab-kitab fikih yang dikarang oleh imam-imam dari berbagai mazhab yang berbeda. 5. Tafsir Tahlili Bentuk Falsafi Tafsir Falsafi merupakan ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qurâan dengan menggunakan pendekatan filsafat. Pendekat filsafat yang digunakan adalah pendekatan yang berusaha melakukan sintesis dan siskretisasi antara teori-teori filsafat dengan ayat-ayat Al-Qurâan, selain itu juga menggunakan pendekatan yang berusaha menolak teori-teori filsafat yang dianggap bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qurâan. 6. Tafsir Tahlili Bentuk Ilmi Tafsir ini mulai muncul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, sehingga tafsir ini dalam menafsirkan Al-Qurâan dengan menggunakan pendekatan almiah atau dengan menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan. Dalam tafsir ini mufasir berusaha mengkaji Al-Qurâan dengan dikaitkan dengan gejala atau fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Namun, yang sangat disayangkan adalah pada tafsir ini terbatas pada ayat-ayat tertentu dan bersifat parsial, terpisah dengan ayat-ayat lain yang berbicara pada masalah yang sama. 7. Tafsir Tahlili Bentuk Adab Al-Ijtimaâi Adab Al Ijtimaâi Tafsir adalah suatu metode tafsir yang coraknya menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat Al-Qurâan yang berkaitan langsung dengan kehidupan kemasyarakatan, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah kemasyarakatan berdasarkan petunjuk Al-Qurâan dengan mengemukakannya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan indah didengar. Jadi, metode tafsir tahlili ini dibagi oleh beberapa ulama menjadi beberapa macam, yaitu tafsir bi al-Maâtsuri, bi al-Raâyi, Shufi, Fikih, Falsafi, Ilmi, dan Adab al-Ijtimaâi. Semua bentuk tafsir tahlili memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Tafsir bi al maâtsuri adalah tafsir yang penafsirannya dengan menggunakan ayat-ayat lain, riwayah Nabi SAW, sahabat, dan tabiâin. Tafsir bi al raâyi adalah tafsir yang penafsirannya menggunakan metode ijtihad dan penalaran. Tafsir shufi adalah tafsir yang menekankan pada isyarat-isyarat yang terdapat pada ayat yang dikemukakan oleh tasawuf. Tafsir fikih adalah tafsir yang menekankan pada tinjauan hukum dari ayat yang ditafsir. Tafsir falsafi adalah tafsir yang menafsirkan Al-Qurâan dengan pendekatan filsafat. Tafsir ilmu adalah tafsir yang menggunakan pendekatan ilmiah atau teori-teori ilmu pengetahuan. Dan yang terakhir tafsir adab al-ijtimaâi adalah tafsir yang menjelaskan kepada hubungan dengan Ciri-ciri Tafsir Tahlili Metode Tafsir tahlili memiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnnya, ciri-ciri tersebut adalah 1. Mufasir menafsirkan ayat per ayat sesuai dengan urutan dalam mushaf ustmani, yaitu dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri oleh surat Mufasir menjelaskan makna yang terkandung dalam Al-Qurâan secara komprehensif dan menyeluruh, baik makna harfiah setiap kata maupun asbabun Bahasa yang digunakan metode tahlili tidak sesederhana yang dipakai metode tafsir Contoh-contoh Tafsir Tahlili Ada cukup banyak contoh tafsir tahlili, antara lain Contoh tafsir tahlili dalam bentuk bi al-maâtsuri yang menafsirka Al-Qurâan dengan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Rasullullah SAW untuk menjelaskan sebagian kesulitan yang ditemui oleh para sahabat semasa Rasulullah SAW masih hidup. Seperti penafsiran hadits Rasulullah SAW terhadap pengertiançĂâĂÂșöĂË Ăš ĂÂčĂâĂĆ ĂâĄĂ⊠dan çĂâöç ĂâĂĆ Ăâ Al-Fatihah 7, penjelasan beliau tentang firman Allah çĂâð ĂĆ Ăâ çĂâŠĂâ ĂËçĂËĂâĂ⊠ĂĆ ĂâĂšĂÂłĂËççĂĆ ĂâŠĂ§Ăâ ĂâĄĂ⊠ÚÞĂâĂ⊠Al-Anâam 82 dan firman Allah ĂĆ Ă§ĂĆ ĂâĄĂ§Ă§ĂâðĂĆ Ăâ çĂâŠĂâ ĂËççĂÂȘĂâĂËççĂâĂâĂ⥠ĂÂĂâ ĂÂȘĂâçĂÂȘĂ⥠Ali Imran 102 dan lain-lain. Contoh yang dalam bentuk shufi, yaitu Al-Alusy berkata tentang isyarat yang diberikan oleh firman Allah Al-Baqarah 45, sebagai berikut qĂÂŁZĆ ĂÂĂštFĂÂłâą$ur ĂÂĆœĂ¶9ÂąĂÂ9$$ĂÂ/ ĂÂo4qn=ÂąĂÂ9$ur 4 $pkšXĂÂur ĂouĆœÂĂÂ7s3s9 ĆŸwĂ ân?tĂÂŁ tĂ»ĂÂŒĂÂÚñ»sÆĂž$ ĂâĄĂÂĂÂĂË Artinya âJadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuââ.Bahwa shalat adalah sarana untuk memusatkan dan mengkonsentrasikan hati untuk menangkap tajally penampakan diri Allah dan hal ini sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang luluh dan lunak hatinya untuk menerima cahaya-cahaya dari tajally-tajally Allah yang amat halus dan menangkap kekuasaan-Nya yang perkasa. Merekalah orang-orang yang yakin, bahwa mereka benar-benar berada di hadapan Allah dan hanya kepada-Nyalah mereka kembali, dengan menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan mereka fanaâ dan meleburkannya ke dalam sifat-sifat Allah baqaâ, sehingga mereka tidak menemukan selain eksistensi Allah sebagai Raja yang Maha Halus dan Maha beberapa contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa tafsir tahlili itu menjelaskan ayat-ayat Al-Qurâan sesuai dengan bentuknya atau mempunyai karakter tersendiri. Selain itu, masih ada banyak lagi contoh dari tafsir tahlili. Ada cukup banyak contoh kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir ini, antara lain - Jamiâ al-Bayan fy Tafsir al-Qurâan, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary- Maâalim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam Al-Baghawy- Madarik al âTanzil wa Haqaiq al-Taâwil, karangan Al-Ustadz Mahmud Al-Nasafy- Anwar al-Tanzil wa Asrarnal-Taâwil, karangan Al-Ustadz Al-Baydlawy- Tafsir Al-Qurâan al-Adhim, karangan Imam Al-Tustury- Haqaiq al-Tafsir, karangan Al-Allamah Al-Sulamy w. 421 H- Ahkam Al-Qurâan, karangan Al-Jasshash w. 370 H- Al-Jamiâ li Al-Qurthuby w. 671 H- Mafatih al-Ghaib, karangan Al-Fakhr Al-Razi w. 606- At-Tafsir al-Ilm li al-Kauniyat al-Qurâan al-Karim, karya Hanafi Ahmad- Al-Islam Yatahadda, karangan Al-Allamah Wahid al-Din Khan- Tafsir al-Manar, karya Rasyid Ridha w. 1345 H- Tafsir Al-Qurâan al-Karim, karya Mahmud SalthutDan masih banyak lagi contoh kitab yang berdasarkan atau yang menggunakan metode tafsir tahlili ini.[4]D. Keistimewaan dan KelemahannyaDalam menganalisa tafsri tahlili, muncul beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan kegunaan metode penafasiran ini, diantaranya adalah apa keistimewaan dan kelemahan metode tafsir ini, dan bagaimana pula contohnya. Dalam bagian ini akan dibahas insya Allah mengenai keistimewaan dan juga kelemahan tafsir ini. Suatu metode yang dilahirkan seorang manusia, selalu saja memliki kelemahan dan keistimewaan. Demikian halnya juga dengan metode tahlili ini. Namun perlu disadari keistimewaan dan kelemahan yang dimaksud disini bukanlah suatu hal yang negatif, akan tetapi rujukan dalam ciri-ciri metode tafsir tahlili ditemukan beberapa keistimewaan diantaranya adalah tafsir ini biasanya selalu memaparkan beberapa hadist ataupun perkataan sahabat dan para tabiin, yang berkenaan dengan pokok pembahasan pada ayat. Juga didalamnya terdapat beberapa analisa mufassir mengenai hal-hal umum yang terjadi sesuai dengan ayat. Dengan demikian, informasi wawasan yang diberikan dalam tafsir ini sangat banyak dan lainnya adalah adanya potensi besar untuk memperkaya arti kata-kata dengan usaha penafsiran terhadap kosa-kata ayat. Potensi ini muncul dari luasnya sumber tafsir metode tahlili tersebut. Penafsiran kata dengan metode tahlili akan erat kaitannya dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan tidak tertutup kemungkinan bahwa kosa-kata ayat tersebut sedikit banyakanya bisa dijelaskan dengan kembali kepada arti kata tersebut seperti pemakaian aslinya. Pembuktian seperti ini akan banyak berkaitan dengan syair-syair lainnya adalah luasnya bahasan penafsiran. Pada dasarnya, selain kedetilan, keluasan bahasan juga menjadi salah satu ciri khusus yang membedakan tafsir tahlili dengan tafsir ijmali. Seperti disebutkan di atas, bahwa salah satu keistimewaan tafsir tahlili dibandingkan dengan tafsir ijmali adalah kedetilannya dalam menguraikan sebuah ayat. Sebuah ayat yang tidak ditafsirkan oleh metode ijmali kadang kala membutuhkan ruang yang banyak bila ditafsirkan dengan metode tahlili. Disamping keistimewaan, juga ada kelemahan. Namun sekali lagi kelemahan disini bukanlah merupakan kelemahan yang mengharuskan kita tidak menggunakan atau mengabaikan tafsir ini. Akan tetapi hendaknya dalam menyikapi kelemahan ini, kita haru dapat memilah milih beberapa informasi dan wawasan yang dipaparkan dalam metode penafsiran satu kelemahan yang sering disebutkan adalah berkenaan dengan Israiliyat yang mungkin terkadang masuk dalam informasi yang diberikan mufassir. Juga sama halnya dengan berbagai hadist lemah yang tidak selayaknya digunakan pada tempat dan kondisi sesuai. Akan tetapi dengan analisa kritis yang mendalam, kelemahan ini sangat mungkin untuk dihindarkan. Selayaknyalah memang seorang mufassir yang berkompeten untuk memberikan perhatian serius terhadap sumber informasi yang ia gunakan dalam menafsirkan sebuah ayat. Israiliyyat tidaklah begitu sulit untuk dikenali, konsepnya hanyalah apakah informasi tersebut mempunyai sumber yang jelas atau tidak, bila sumbernya jelas dan kuat maka informasi tersebut bisa dipakai dan pula dengan hadist-hadist dhaâif ataupun pendapat-pedapat para sahabat maupun tabiâi. Hukum dasar hadist daâif adalah tidak boleh diamalkan, hal ini tentu saja berlaku dalam pemakaian sebagai sumber tafsir. Hadist dhaâif tersebut hanya bisa dipakai sebagai penguat apabila ada hadist yang lebih kuat menjelaskan senada dengan hadist daâif lain tafsir tahlili adalah kesannya yang bertele-tele dan sistematis. Tapi apakah demikian adanya? Sepintas memang akan terlihat demikian karena tafsir tahlili membutuhkan wadah yang lebih banyak dan luas dibandingkan dengan tafsir ijmali. Pemakaian kata yang banyak tidak bisa dikatakan bertele-tele bila memang kajian tersebut membutuhkan wadah bahasa yang panjang untuk menguraikannya. Bertele-telenya sebuah penafsiran adalah dengan banyak kalimat-kalimat yang tidak berfungsi dengan baik dalam menguraikan ayat, seperti perulangan penjelasan, atau kiasan-kiasan yang tidak dan keluasan bahasan tafsir tahlili dalam menguraikan sebuah ayat tentu saja membutuhkan usaha yang lebih keras dan waktu yang lebih lama bagi seorang mufassir. Bagi beberapa golongan hal ini juga dianggap sebagai kelemahan dibandingkan dengan tafsir ijmali yang praktis dan metode tafsir tahlili dapat dirangkum sebagai berikut1. Sumber yang Analisa Kekayaan arti kosa-kata dalam Detil Sedangkan beberapa kelemahannya adalah1. Peluang untuk masuknya israiliyyat lebih Peluang untuk masuknya informasi yang tidak penting lebih Membutuhkan wadah, kata, waktu yang relatif lebih besar.[5]BAB IIIPENUTUPSimpulanTafsir Tahlili merupakan suatu metode tafsir Al-Qurâan yang cara penafsirannya dilakukan secara detail dari setiap ayat-ayat yang ditafsir. Aspek yang dibahas dalam metode tafsir tahlili, yaitu kosa kata, lafadz, arti yang dikehendaki, dan sasaran yang dituju dari kandungan ayat yang ditafsir, yaitu unsur ijaz, balaghah, dan keindahan kalimat. Aspek pembahasan makna dari ayat yang ditafsir, meliputi hukum fikih, dalil syarâi, norma-norma akhlak, akidah atau tauhid, perintah, larangan, janji, ancaman, dan lain-lain. Selain itu juga mengemukakan tentang kaitan ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan ini telah dibagi oleh beberapa ulama menjadi beberapa macam yaitu, tafsir maâtsur, tafsir raâi, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, dan tafsir Adab Al-Ijtimaâi. Semua bentuk atau corak dari metode tafsir tahlili di atas memiliki karakter tersendiri, namun metode penafsirannya sama yaitu dengan menggunakan metode tafsir dari metode tafsir tahlili, antara lain- Mufasir menafsirkannya ayat per ayat secara berurutan sesuai dengan urutan pada mushaf Mufasir menjelaskan isi kandungan ayat-ayat Al-Qurâan secara konfrehensif dan Tafsir ini dijelaskan secara panjang banyak contoh dari metode tafsir tahlili ini, baik itu contoh ayat yang ditafsirkan dengan menggunakan metode tafsir tahlili maupun contoh kitab, atau mufasir yang menggunakan metode tafsir tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qurâan. Adapun contoh dari kitab yang menggunakan tafsir tahlili, yaitu kitab Jamiâ al-Bayan fy Tafsir al-Qurâan, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary, Maâalim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam Al-Baghawy, dan masih ada banyak lagi contoh-contoh yang itu semua, metode tafsif tahlili ini juga memiliki beberapa keistimewaan dan kelemahan. Keistimewaan dari tafsir ini antara lain, ruang lingkupnya luas, memuat berbagai ide, metode tahlili adalah merupakan metode tertua dalam sejarah penafsiran Al-Quran, ayat-ayat al-Qurâan yang kita lihat sekarang urut-urutannya sesuai dengan mushaf, dan masih banyak lagi keistimewaan dari tafsir ini. Selain keistimewaan, adapun kelemahannya, yaitu Al-Qurâan sebagai petunjuk terlihat menjadi parsial, menghasilkan penafsiran yang subyektif, masuknya pemikiran israâiliat, dan makalah dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya bagi penulis itu sendiri. Kritikan dan saran akan kami tunggu demi bertambah baiknya makalah PUSTAKA Nashruddin Baâidan, Metodologi Penafsiran Al-Qurâan, Yogyakarta Glaguh UHIV , 1998. Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 1994. Nur Kholis, Pengantar Al-Qurâan dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008. [1] Nashruddin Baâidan, Metodologi Penafsiran Al-Qurâan, Yogyakarta Glaguh UHIV, 1998, h. 31 [2] Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , h. 41-42. [3] Nur Kholis, Pengantar Al-Qurâan dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008, [4] Ali Hasan Al-Aridl, Op. Cit.
Agaknya tidak berlebihan jika dikemukakan bahwa diantara cabang ilmu yang sangat penting dari rumpun-rumpun ilmu Alquran adalah ilmu Tafsir. Hal ini bukan karena semata-mata lebih tua dariu cabang-cabang ilmu-ilmu Alquran lainnya, akan tetapi lebih kepada peranannya yang sangat penting dalam menggali dan memahami ayat-ayat Alquran. Dalam perjalanan waktu yang sangat panjang, sejak turunnya Alquran kepada nabi Muhammad Saw., ilmu Tafsir terus berkembang dan terdapat banyak kitab-kitab tafsir dengan corak yang beraneka ragam. Para ulama tafsir belakangan memilah-milih kitab teresbut berdasarkan metode penafsirannya, baik ijmali, tahlili, maudhuâI dan muqaran.[1] Yang paling populer dari antara corak atau metode penafsiran tersebut adalah metode tahlili dan maudhuâi. Penafsiran dengan metode tahlili yang oleh Baqir dinamai sebagai metode Tajziâi[2] adalah sebuah metode tafsir dimana mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat demi ayat atau surah demi surah sebagaimana tersebut dalam mushaf. Untuk lebih jelasnya, makalah ini akan membahas beberapa kajian yang terkait dengan tafsir tahlili tersebut, baik defenisi, keistimewaannya dan sebagainya. BAB II PEMBAHASAN Makalah Tafsir Tahlili A. Pengertian Tafsir Tahliliy Kata âtahliliâ berasal dari bahasa Arab yakni âhallala-yuhalliluâ yang berarti menguraikan atau menganalisa jadi Tafsir Tahlili analitis atau yang juga disebut dengan tafsir tajziâi merupakan suatu metode yang bermaksud menjelaskan dan menguraikan kandungan ayat-ayat Alqur'an dari seluruh sisinya, sesuai dengan urutan ayat di dalam suatu surat. Dalam tafsir ini ayat ditafsirkan secara komprehensif dan menyeluruh baik dengan corak maâtsur maupun raâyi. Unsur-unsur yang dipertimbangkan adalah asbabun nuzul, munasabah ayat dan juga makna harfiyah setiap kata.[3] Seorang mufassir tersebut bermaksud menjelaskan ayat-ayat Al Qur'an secara terperinci dan jelas. Metode tafsir ini dilakukan sesuai dengan susunan ayat demi ayat atau surat demi surat sebagaimana termaktub dalam mushaf Usmaniy. Tujuan utama metode tafsir ini adalah untuk mengungkapkan maksud-maksud dari ayat tersebut dan tunjukannya. Seorang mufassir akan memaparkan lafaz dari segi bahasa Arab, penggunaannya, kesesuaian ayat dengan ayat serta tempat dan juga sebab turunnya ayat tersebut jika memang ada. Mufassir akan menguraikan fasahah, bayan, iâjaz dan maksud syariat dibelakang nas dan sebagainya. dalam menafsirkan ayat demi ayat, seorang mufassir sering mengutip ayat Al Qur'an, hadist Rasulullah SAW, serta perkataan sahabat dan para tabiin.[4] Melihat aspek-aspek yang dibahas dalam tafsir tahlili maka dapat dipahami bahwa penafsiran dengan metode ini sangat luas dan menyeluruh. Jika menginginkan pemahaman yang luas akan suatu ayat, maka tidak ada pilihan lain kecuali menafsirkannya dengan tafsir tahlili. B. Sejarah Perkembangan Tafsir Tahlili Pertumbuhan tafsir Alquran telah dimulai sejak dini, yaitu sejak zaman hidupnya Rasulullah. Beliau adalah manusia yang mempunyai otoritas tertinggi dalam menafsirkan Alquran. Karena salah satu tujuan pengutusan beliau adalah untuk menjelaskan Alquran bagi manusia. Setelah wafatnya Rasulullah, para sahabatpun mulai melakukan ijtihad, meski ijtihad dalam pengertian yang lebih terbatas telah lahir pada zaman Rasulullah, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan seperti Ali, Abdullah b. Abbas, Ubay b. Kaâab, Abdullah bin Masâud dan sebagainya. Disamping itu, beberapa tokoh sahabat yang disebutkan di atas juga mempunyai murid-murid dari golongan tabiâin, khususnya di kota-kota tempat mereka bertempat tinggal. Beberapa tokoh tafsir dari golongan tabiâin adalah Saâid b. Zubair, Mujahid b. Jabr dan sebagainya. Penggunaan metode tafsir tahlili dalam dunia Islam dimulai sejak ditulisnya tafsir Jamiâul Bayan fi Tafsir al-Qurâan karya Ibnu Jarir at-Thabari. Karya at-Thabari ini dianggap sebagai tafsir tertua yang menggunakan metode tahlili. Dalam tulisannya, at-Thabari menganalisa ayat-ayat demi ayat dengan menunjuk kepada Hadist Nabi, ucapan sahabat, aspek kebahasaan dan bebeberapa sumber lainnya untuk menjelaskan ayat tersebut. Upaya penafsiran seperti ini kemudian banyak diikuti oleh mufassir lain seperti Ibnu Katsir dan as-Suyuthi.[5] Meskipun metode at-tahlili lama digunakan dalam kajian teks keagamaan dan filsafat, tetapi metode ini baru dibakukan sebagai salah satu metode ilmu pengetahun pada awal abad ke-20, saat kajian kebahasaan telah mengalami perkembangan yang cukup maju.[6] C. Kitab-Kitab Tafsir Yang Menggunakan Metode Tahlili Beberapa kitab tafsir yang menggunakan metode ini diantaranya adalah 1. Tafsir Jami al Bayan fi Tafsir Al Qur'an al Karim oleh Abu Jaâfar Muhammad bin Jarir at Thabariy 2. Tafsir Al Qur'an al Azhim oleh Ibnu Katsir 3. Tafsir Mafatih al Ghaib oleh Fakhru Raziy. 4. Tafsir al Jamiâ li Ahkam Al Qur'an oleh Qurthubiy.[7] D. Langkah-Langkah Dalam Tafsir Tahlili Seperti yang dijelaskan di atas bahwa metode tafsir tahlili adalah tafsir yang berusaha untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat ayat-ayat Alquran sebagaimana tercantum dalam mushaf. Dalam tafsir tahlili, seorang mufassir memulai dari ayat ke ayat, surah ke surah. Segala aspek yang dinilai penting oleh mufassir akan ditafsirkan, mulai dari kosa-kata, sebab turunnya, munasabahnya dan lain sebagainya yang masih berkaitan dengan teks atau kandungan ayat.[8] Ringkasnya metode penafsiran tahlili dapat diringkas sebagai berikut 1. Urutan-urutan ayat dan surat berdasarkan mushaf. 2. Menafsirkan kosa-kata pada ayat Alquran. 3. Menjelaskan munasabah korelasi antar ayat. 4. Menjelaskan latar historis turunnya ayat. 5. Menjelaskan dalil-dalil yang terkandung dalam ayat Setelah semua langkah tersebut sudah ditempuh, mufassir tahlili lalu menjelaskan seluruh aspek dari semua penafsiran dan lalu memberikan penejelasan final dari semua penafsiran tersebut. E. Keistimewaan dan kelemahannya Dalam menganalisa tafsri tahlili, muncul beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan kegunaan metode penafasiran ini, diantaranya adalah apa keistimewaan dan kelemahan metode tafsir ini, dan bagaimana pula contohnya. Dalam bagian ini akan dibahas insya Allah mengenai keistimewaan dan juga kelemahan tafsir ini. Suatu metode yang dilahirkan seorang manusia, selalu saja memliki kelemahan dan keistimewaan. Demikian halnya juga dengan metode tahlili ini. Namun perlu disadari keistimewaan dan kelemahan yang dimaksud disini bukanlah suatu hal yang negatif, akan tetapi rujukan dalam ciri-ciri metode ini. Dalam tafsir tahlili ditemukan beberapa keistimewaan diantaranya adalah tafsir ini biasanya selalu memaparkan beberapa hadist ataupun perkataan sahabat dan para tabiin, yang berkenaan dengan pokok pembahasan pada ayat. Juga didalamnya terdapat beberapa analisa mufassir mengenai hal-hal umum yang terjadi sesuai dengan ayat. Dengan demikian, informasi wawasan yang diberikan dalam tafsir ini sangat banyak dan dalam. Keistimewaan lainnya adalah adanya potensi besar untuk memperkaya arti kata-kata dengan usaha penafsiran terhadap kosa-kata ayat. Potensi ini muncul dari luasnya sumber tafsir metode tahlili tersebut. Penafsiran kata dengan metode tahlili akan erat kaitannya dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan tidak tertutup kemungkinan bahwa kosa-kata ayat tersebut sedikit banyakanya bisa dijelaskan dengan kembali kepada arti kata tersebut seperti pemakaian aslinya. Pembuktian seperti ini akan banyak berkaitan dengan syair-syair kuno. Keistimewaan lainnya adalah luasnya bahasan penafsiran. Pada dasarnya, selain kedetilan, keluasan bahasan juga menjadi salah satu ciri khusus yang membedakan tafsir tahlili dengan tafsir ijmali. Seperti disebutkan di atas, bahwa salah satu keistimewaan tafsir tahlili dibandingkan dengan tafsir ijmali adalah kedetilannya dalam menguraikan sebuah ayat. Sebuah ayat yang tidak ditafsirkan oleh metode ijmali kadang kala membutuhkan ruang yang banyak bila ditafsirkan dengan metode tahlili. Disamping keistimewaan, juga ada kelemahan. Namun sekali lagi kelemahan disini bukanlah merupakan kelemahan yang mengharuskan kita tidak menggunakan atau mengabaikan tafsir ini. Akan tetapi hendaknya dalam menyikapi kelemahan ini, kita haru dapat memilah milih beberapa informasi dan wawasan yang dipaparkan dalam metode penafsiran ini. Salah satu kelemahan yang sering disebutkan adalah berkenaan dengan Israiliyat yang mungkin terkadang masuk dalam informasi yang diberikan mufassir. Juga sama halnya dengan berbagai hadist lemah yang tidak selayaknya digunakan pada tempat dan kondisi sesuai. Akan tetapi dengan analisa kritis yang mendalam, kelemahan ini sangat mungkin untuk dihindarkan. Selayaknyalah memang seorang mufassir yang berkompeten untuk memberikan perhatian serius terhadap sumber informasi yang ia gunakan dalam menafsirkan sebuah ayat. Israiliyyat tidaklah begitu sulit untuk dikenali, konsepnya hanyalah apakah informasi tersebut mempunyai sumber yang jelas atau tidak, bila sumbernya jelas dan kuat maka informasi tersebut bisa dipakai dan sebaliknya. Demikian pula dengan hadist-hadist dhaâif ataupun pendapat-pedapat para sahabat maupun tabiâi. Hukum dasar hadist daâif adalah tidak boleh diamalkan, hal ini tentu saja berlaku dalam pemakaian sebagai sumber tafsir. Hadist dhaâif tersebut hanya bisa dipakai sebagai penguat apabila ada hadist yang lebih kuat menjelaskan senada dengan hadist daâif tersebut. Kelemahan lain tafsir tahlili adalah kesannya yang bertele-tele dan sistematis. Tapi apakah demikian adanya? Sepintas memang akan terlihat demikian karena tafsir tahlili membutuhkan wadah yang lebih banyak dan luas dibandingkan dengan tafsir ijmali. Pemakaian kata yang banyak tidak bisa dikatakan bertele-tele bila memang kajian tersebut membutuhkan wadah bahasa yang panjang untuk menguraikannya. Bertele-telenya sebuah penafsiran adalah dengan banyak kalimat-kalimat yang tidak berfungsi dengan baik dalam menguraikan ayat, seperti perulangan penjelasan, atau kiasan-kiasan yang tidak perlu. Kedetilan dan keluasan bahasan tafsir tahlili dalam menguraikan sebuah ayat tentu saja membutuhkan usaha yang lebih keras dan waktu yang lebih lama bagi seorang mufassir. Bagi beberapa golongan hal ini juga dianggap sebagai kelemahan dibandingkan dengan tafsir ijmali yang praktis dan sederhana.[9] Keistimewaan metode tafsir tahlili dapat dirangkum sebagai berikut 1. Sumber yang bervariasi. 2. Analisa mufassir. 3. Kekayaan arti kosa-kata dalam Alquran. 4. Luas. 5. Detil Sedangkan beberapa kelemahannya adalah Peluang untuk masuknya israiliyyat lebih besar. Peluang untuk masuknya informasi yang tidak penting lebih besar. Bertele-tele. Membutuhkan wadah, kata, waktu yang relatif lebih besar. BAB III PENUTUP Makalah Tafsir Tahlili Tafsir Tahlili analitis merupakan suatu metode yang bermaksud menjelaskan dan menguraikan kandungan ayat-ayat Alquran dari seluruh sisinya, sesuai dengan urutan ayat di dalam suatu surat. Dalam tafsir ini ayat ditafsirkan secara komprehensif dan menyeluruh baik dengan corak maâtsur maupun raâyi. Unsur-unsur yang dipertimbangkan adalah asbabun nuzul, munasabah ayat dan juga makna harfiyah setiap kata. Penggunaan metode tafsir tahlili dalam dunia Islam dimulai sejak ditulisnya tafsir Jamiâul Bayan fi Tafsir al-Qurâan karya Ibnu Jarir at-Thabari. Karya at-Thabari ini dianggap sebagai tafsir tertua yang menggunakan metode tahlili. Layaknya metode tafsir lainnya, metode tafsir tahlili mempunyai keistimewaan dan kekurangan. DAFTAR PUSTAKA Abd al Hayy al Farmawiy, Al Bidayah Fi al Tafsir al Maudhuiy; Dirasah Manhajiyah al Mauwdhuâiy, Metode Tafsir Maudhui, Terj Suryan A. Jamrah Jakarta Raja Grafindo Persada, 1996, Azra,Azyumardi Sejarah Ulumul Qurâan, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999. Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al Qur'an 2, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001 Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam. Jakarta Raja Grapindo Persada, 2001. Shihab, Quraish, Membumikan Alquran. Bandung Mizan, 2002. Subhi Salih, Mabahis Fi Ulumil Qurâan, trjmh Tim Pustaka Firdaus, cet kedelapan, Jakarta, Pustaka Firdaus, Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam 2, cet. IV. Jakarta Icthiar Baru Van Hoeve, 1999.
ArticlePDF Available AbstractMetode tafsir tahlili merupakan salah satu metode dalam tahlili berusaha menganalisa dan menjelaskan ayat-ayatal-Qurâan secara keseluruhan dan meliputibacaan ayat, bangunan nahwu dan sharaf, sebab nuzul ayat, maknagelobal dari ayat, hikmat pensyariatan dan al-Qurâanyang menggunakan metode ini sangat bermanfaat bagi para penuntutilmu khususnya bidang ilmu al-Qurâan untuk memperdalampemahamannya tentang al-Qurâan dan tidak tepat bagipara Tafsir tahlili, Metode Tafsir, Tahlili Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Mengenal Metode Tafsir Tahlili MENGENAL METODE TAFSIR TAHLILI Syaeful Rokim Dosen Prodi IAT STAI Al-Hidayah Bogor Abstrak Metode tafsir tahlili merupakan salah satu metode dalam penelitian tahlili berusaha menganalisa dan menjelaskan ayat-ayat al-Qurâan secara keseluruhan dan meliputi bacaan ayat, bangunan nahwu dan sharaf, sebab nuzul ayat, makna gelobal dari ayat, hikmat pensyariatan dan al-Qurâan yang menggunakan metode ini sangat bermanfaat bagi para penuntut ilmu khususnya bidang ilmu al-Qurâan untuk memperdalam pemahamannya tentang al-Qurâan dan tidak tepat bagi para pemula. Keyword Tafsir tahlili, Metode Tafsir, Tahlili A. Pendahuluan Pembahasan tafsir merupakan hal yang penting pada setiap waktu dan tempat. Hal itu dikarenakan kebutuhan umat Islam akan petunjuk yang terkandung di dalam al-Qurâan al karim untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Adapun kebutuhan petunjuk manusia sangat beragam satu sama lainnya dalam satu daerah, atau masa dahulu dengan masa kontemporer. Oleh karena itu tafsir al-Qurâan membutuhkan aktualisasi agar dapat mudah dipahami oleh masyarakat Muslim dengan realita mereka yangberbeda-beda adat kebiasaannya. Para ahli tafsir pun berusaha untuk menafsirkan al Qurâan dengan pendekatan dan metode yang berbeda-beda antara satu ahli tafsir dengan pendekatan tafsir yang melihat pada sumber penafsiran, ahli tafsir mengkategorikan tafsir al-Qurâan menjadi 4 kategori; pertama tafsir bil maâtsur riwayah.Kedua, tafsir bil raâyi dirayah.Ketiga, tafsir bil-lughah bahasa.Keempat, tafsir isyari. Mengenal Metode Tafsir Tahlili Adapun metode tafsir yang digunakan oleh para ahli tafsir dalam penafsiran al Qurâan dapat dikategorikan menjadi empat metode; Pertama, Metode tafsir metode tafsir metode tafsir maudhuâ metode tafsir kategori ini merupakan pengkategorian baru, karena kategori ini muncul setelah penelitian pada buku-buku tafsiryang beragam, sehingga para ahli ilmu membagi metode tafsir yang digunakan oleh para ahli tafsir menjadi 4 macam. Metode tahlili merupakan metode penafsiran yang digunakan oleh para ulama dahulu dan paling luas cakupan bahasannya. Hal itu dikarenakan mufasir membagi beberapa jumlah ayat pada satu surat dan menjelaskannya kata perkata secara rinci dan komprehensif. Pada kesempatan ini, penulis berusaha untuk membahas metode tafsir empat metode penafsiran yang dijelaskan di paragraph sebelumnya, makalah ini membatasi pembahasannya pada metode penafsiran tahlili. B. Makna Metode Tafsir Tahlili Sebelum masuk pada pembahasan isi metode tafsir tahlili, penulis berusaha mengungkapkan definisi kata metode, tafsir dan tahlili merupakan bentuk kata majemuk yang terbentuk dari dua ini membutuhkan penjelasan pada setiap bagiannya sebelum menjelaskan definisi dari tafsir tahlili. Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu berasal dari kata methodos. Kata methodos itu sendiri berasal dari akar kata metadan hodos. Meta berarti âmenuju, melalui, mengikuti, sesudahâ, sedangkan hodos berarti âjalan, cara, dan arahâ.Sedangkan kata metode atau dalam bahasa inggris âmethodeâ berarti prosedur atau proses untuk mencapai apa yang diinginkan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata metode berarti cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.. Definition Of Method, Accessed Oktober 2017. . Definisi kata metode, diakses oktober 2017, entri/metode Mengenal Metode Tafsir Tahlili Kata tafsir berarti al Tawdi>h âpenjelasanâ dan al-bayan âpenegasanâ serta menyikap sesuatu yang seperti kata âtafsirâ yang disebutkan dalam firman Allah swtsurat al Furqan ayat ke 33 yang bermakna kata tafsir secara istilah kelimuan adalah ilmu yang membahas tentang al Qurâan al Karim dari segi dilalah petunjuknya yang diinginkan oleh Allah sesuai kemampuan manusia. Imam al-Zarkasyi mengatakan bahwa ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad saw, untuk menjelaskan makna-maknanya, untuk mengeluarkan hukum dan hikmah di dalamnya. Hal itu akan membutuhkan ilmu bahasa, nahwu grammer, sharaf, ushul fiqih, qiraat dan lainnya. Dan membutuhkan juga pengetahuan asbab nuzul, nasikh dan Abu Hayyan rhm juga menjelaskan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana mengucapkan lafadz al-Qurâan, membahas petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya, dan membahas makna-makna yang terkandung dalam susunan ayat al-Qurâ kata tahlili bentuk kata arab âîîŁâ contoh âîîȘîîîîîîîŁâ yang bermakna membuka ikatanmenjadi terurai. Secara umum tahlili bermaksud menjelaskan sesuatu pada unsur-unsurnya secara terperinci. Adapun definisi tafsir tahlili secara istilah adalah metode yang digunakan seorang mufasir dalam menyingkap ayat sampai pada kata-perkatanya, dan mufasir melihat petunjuk ayat dari berbagai segi serta menjelaskan keterkaitan kata dengan kata lainnya dalam satu ayat atau beberapa ditemukan definisi pada ulama terdahulu, dikarenakan metode ini dikenalkan setelahnya. . Ibnu Faris, Maqa>yis al-Lugah hal 355. . Allah swt berfirman tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. QS. Al-Furqan 33 . Muhammad Abd al Adzim al-Zarqa>ni, Mana>hil al Urfa>n fi Ilm al Qurâan Beirut Dar al-Kitab al-Arabi, 1995 hal 2/6. . Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi âUlum al-Qurâan Kairo Dar l-Turats, 1984 juz 1/13. . Muhammad Yusuf, Abu Hayyan, Al-Bahru al-Muhith Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1993 juz 1/121. . Muhammad al-Ra>zi, Mukhtar al Shihah, Kairo al-Saktah al-Jadid, 1329H hal 411. Mengenal Metode Tafsir Tahlili Menurut Musaid al Thayyar, tafsir tahlili adalah mufasir bertumpu penafsiran ayat sesuai urutan dalam surat, kemudian menyebutkan kandungannya, baik makna, pendapat ulama, Iârab, balaghah, hukum, dan lainnya yang diperhatikan oleh mufasir. Jadi tafsir tahlili dapat kita katakan; bahwa mufassir meneliti ayat al Qurâan sesuai dengan tartib dalam mushaf baik pengambilan pada sejumlah ayat atau satu surat, atau satu mushaf semuanya, kemudian dijelaskan penafsirannya yang berkaitan dengan makna kata dalam ayat, balagahnya, Iârabnya, sebab turun ayat, dan hal yang berkaitan dengan hukum atau Urgensi Metode Tafsir Tahlili dan Kelebihannya Metode tafsir tahlili atau metode tafsir yang digunakan oleh ahli tafsir sepanjang masa memiliki banyak faidah yang beragam, dan tujuan yang tinggi. Secara gelobalnya penulis jelaskan sebagai berikut Pertama, metode ini meneliti setiap bagian nash al qurâan secara detail, tanpa meninggalkan sesuatupun. Sehingga metode ini memberi pengetahuan yang komprehensif mengenai ayat yang dibahas baik kata atau kalimat. Di mana metode ini menyajikan makna dan hukum yang terkandung dalam nash. Kedua, metode ini menyeru peneliti dan pembacanya untuk mempelajari/mendalami ilmu-ilmu al qurâan yang itu mufasir menjelaskan ayat dari berbagai segi dengan metode tahlili ini. Ketiga, metode ini memperdalam pemikiran, dan menambah kuat dalam menyelami makna ayat, serta tidak puas hanya melihat makna gelobal metode ini dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan untuk ber-istinbat, memilih ragam makna, memilih pendapat yang kuat dari pendapat para ulama. Keempat, dari metode ini, seorang alim dapat menggunakan informasi dalam tafsir tahlili menjadi sebuah pembahasan tersendiri, seperti metode tafsir karena itu tafsir tahlili menjadi pengantar atau asas untuk tafsir maudhui. Adapun kesimpulan kelebihan metode tafsir tahlili dapat dijelaskan menjadi dua ruang lingkup yang luas . Musaâid al-Tayyar, suâal an al-tafsir al-tahlili, fun=artview&id=335 Mengenal Metode Tafsir Tahlili padametode tafsir dalam tafsir tahlili, mufassir berusaha menjelaskan ayat demi ayat secara rinci dan dalam metode tafsir tahlili, seorang mufassir mendapatkan ruang yang luas untuk mengutarakan ide dan gagasannya dalam menafsirkan ayat al-Qurâ tetapi tafsir dengan metode tahlili kurang tepat dalam pembelajaran bagi para siswa pemula dan masyarakat itu dikarenakan pembahasan dalam tafsir dengan metode tahlili sangat luas dan mencakup berbagai cabang ilmu al-Qurâan dan hal itu menyulitkan para pemula dalam memahami ayat dan menyimpulkan maknanya. D. Macam-macam Metode Tafsir Tafsir dilihat dari metode penelitian dan penulisannya yang digunakan oleh para ulama tafsir dari zaman dahulu sampai sekarang dapat dikategorikan menjadi empat ini bukan disimpulkan oleh para ulama zaman dahulu akan tetapi pembagian metode ini muncul belakangan setelah buku-buku tafsir ditulis. Di antara macam metode tafsir sebagai berikut 1. Tafsir Ijmali Metode ini berusaha menjelaskan ayat al-Qurâan secara gelobal, ringkas dan padat, tanpa memperluas pembahasan dan memperinci utama metode ini adalah memperjelas makna dan bentuk kata uslub yang zaman Sahabat Nabi tafsir dengan metode ijmali sangat itu dikarenakan kebanyakan masyarakat waktu itu memahami sebagian besar ayat-ayat al-Qurâan, sehingga hanya sebagian kecil jumlah ayat yang perlu ditafsirkan. Di antara contoh kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir ijmali Tafsir Jalalain, Tafsir al-Wajiz karangan al-Wahidi al-Naisaburi, al-Muhalla wa al-Suyuti, dan Tafsir Shofwah al-Bayan Li-Maâani al-Qurâan karangan Husain Makhluf. . Misyâan al-Aisawi, al-Tafsir al-Tahlili; Tarikh wa al-Tathawur, al-Muâtamar al-Ilm al-Thani li-Kulliyah al-Ulum al-Islamiyah, 2012 M, hal 62. Mengenal Metode Tafsir Tahlili 2. Tafsir Tahlili Ini telah yang dijelaskan pada halaman besar ulama zaman dahulu menggunakan metode saja, mereka berbeda-beda dalam corak penafsirannya. Di antara contoh kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir tahlili adalah; Tafsir Jamiâ al-Bayan Fi Taâwil Ayat al-Qurâan karangan Muhammad Jarir al-Thabari, Maâalim Tanzin karangan al-Bagawi, al-Bahru al-Muhith karangan Abu Hayyan al-Qurâan al-Adzim karangan Abu Fida Ibnu Katsir. 3. Tafsir Maudhui Ini merupakan metode dalam tafsir modern walaupun memiliki akar di zaman dulu, tetapi tidak seluas pembahasannya di zaman sekarang. Metode maudhui berusaha mengumulkan dan mentafsirkan ayat-ayat al-Qurâan yang memiliki tema yang sama. Sebagian besar tafsir dengan metode maudhui ini digunakan pada penelitian-penelitian ilmiah di perguruan tinggi dan lainnya. 4. Tafsir Muqaran Metode tafsir Muqaran adalah sebuah penelitian mendalam dan pengumpulan pendapat-pendapat berkaitan dengan tafsir ayat-ayat atau surat dalam al-Qurâan yang memiliki hubungan tema yang sama. Kemudian dipelajari secara mendalam untuk mengenal perkataan yang lebih rajihkuat.Itu semua untuk mencapai petunjuk al-Qurâan yang berkaitan dengan tema yang diteliti. E. Perkembangan Tafsir Tahlili Adanya metode tafsir tahlili tidak secara tiba-tiba tetapi metode ini muncul dengan melalui beberapa tahapan periode tentang sejarah dan periode yang dilalui âilmuâ tafsir ini, kita dapati bahwa tafsir melalui periode yang banyak, sampai pada zaman sekarang gelobal penjelasannya sebagai berikut; Periode pertama, pada masa Nabi saw, tafsir waktu itu terbatas pada penjelasan pada kata-kata yang samar atau asing. Analisa tafsir secara kebahasaan kata dalam ayat di masa Nabi sangat jarang sekali, dikarenakan waktu itu masyarakat tidak membutuhkan corak tafsir Mengenal Metode Tafsir Tahlili seperti sangat paham dengan bahasanya dan belum banyak tercampur dengan orang-orang asing îąî îî.Pada zaman Nabi saw, tafsir terfokus pada asbab nuzul. Yakni sebab diturunkannya ayat al Qurâan kepada Nabi saw. Sahabat yang menyaksikan turunnya ayat meriwayatkan kepada sahabat yang tidak sempat hadir menyaksikan turunnya itu juga, ada penjelasan langsung dari Nabi saw, yaitu menyelaskan al Qurâan dengan Al Qurâan, penjelasan istilah tertentu dalam ayat, penjelasan hukum hala dan haram, atau penegasan tentang hukum yang terdapat pada ayat. Sehingga banyak hadits yang memiliki keterkaitan dengan tafsir ayat baik secara langsung atau tidak. Pada zaman Nabi saw, tersisa banyak ayat yang tidak ditafsirkan oleh Nabi saw. Dikarenakan masyarakat waktu itu tidak membutuhkannya, atau dibiarkan agar manusia setelahnya mendalami ilmu tafsir itu dan menggunakan pemahaman mereka untuk ber-istinbat makna, hukum atau hikmah yang terkandung dalam ayat. Periode kedua, terjadi perluasan penafsiran secara itu menjadi kebutuhan primer bagi orang-orang yang baru masuk Islam, di mana mereka tidak menyaksikan langsung turunnya adanya kebutuhan tafsir secara bahasa setahap-setahap. Hingga islam menyebar di timur dan barat. Sebagaimanadinukil bahwan Umar bin Khattab memberikan perhatian khusus pada segi bahasa. Begitu pula Ibnu Abbas rda merupakan sahabat Nabi saw yang berandil besar dalam menafsirkan al qurâan al ini, keseriusan para sahabat dan tabiâin memiliki pengaruh besar dalam perkembangan berusaha dalam menafsirkan al Qurâan berlandaskan kaidah-kaidah syariat dan memiliki pendapat-pendapat tafsir yang diriwayatkan dan terjaga dalam buku-buku tafsir dan saja sebagian besarnya berkaitan tentang kebahasaan, atau hukum pergerakan penafsiran di daerah Islam tumbuh subur seperti madrasah Makkah. Madinah, Bashrah, Kufah dan Yaman. Oleh karena itu perkataan sahabat dan tabiin yang berkaitan dengan penafsiran ayat menjadi pilar penafsiran bil-Maâ perbedaan pendapat di antara mereka pada periode ini sangat sedikit, dan itu terjadi dalam Muhsin Abd al-Hamid, Tatawur Tafsir al-Qurâ 17. . Abd al-Rahman al-Suyuti, al Itqan fi âUlum al-Qurâan, Madinah Munawarah Majmaâ al-Malik al-Fahd, 1426H hal 1/347. Mengenal Metode Tafsir Tahlili masalah hukum terjadi perkembangan tafsir pada periode ini, al qurâan secara rincinya belum ditafsirkan seluruhnya. Baik pada masa sahabat nabi atau masa ketiga,periode tafsir tahlili muncul setelah ilmu-ilmu keislaman muncul ilmu baru yang berkhidmat pada al-Qurâan al-Karim. Mulai analisa nash ayat al-Qurâan dengan bentuk yang lebih luas. Pada periode ini, kamus bahasa banyak dibukukan dan ilmu bahasa menjadi lebih luas, seperti nahwu, sharaf dan balaghah. Oleh karena itu terjadi peluasan penjelasan nash ayat al-Qurâan dalam ilmu bahasa arab dalam rangka menjelaskan kata-kata gharib asing dalam al-Qurâan. Maka ditulislah buku secara khusus yang menjelaskan makna kata dalam al-Qurâ buku Majaz al-Qurâan yang ditulis oleh Abi Ubaidah w 210H. dia menafsirkan petunjuk kata al-Qurâan, menjelaskan bacaaan ayat dan berbicara tafsirnya secara keilmuan bahasa secara dari majaz al-Qurâan, ada buku yang bernama kutub maâani, seperti tafsir âMaâani al-Qurâanâ karangan Abi Zakaria al-Faraâ w lebih fokus pada kata-kata seputar bacaannya, Iârabnya dan kata juga buku âMaâani al-Qurâan karangan al-Akhfasy w 215, dia lebih perhatian pada suara, sifat dan tempat keluarnya umum beliau menjelaskan tafsirnya secara bahasa, sharaf, nahwu dan balaghah. Dengan meluasnya ruang analisa bahasa dalam tafsir kata-kata dalam al-Qurâan, maka perkembangan selanjutnya terjadi keluasan ruang analisa dalam istinbat penetapan hukum fiqih, hal ini sesuai dengan perkembangan yang maju pada madrasah-madrasah fiqih di dunia Islam. Mereka mulai mempelajari nash al-Qurâan dari segi fiqihnya saja. Oleh karena itu muncullah buku âAhkam al-Qurâanâ karangan imam Syafiâi w 204 H, selain itu, pengikut madzhab Maliki juga menulis hal yang sama seperti Ismail bin Ishaq al-Qadhi w 282 H. begitu juga madzhab Hanafi seperti imam Al-Thahawi w 321 periode ini juga, mucul pembukuan-pembukuan cabang ilmu-ilmu al-Qurâan seperti buku-buku tentang asbab nuzul, salah . Muhammad Husain al-dzahabi, al-Tafsir wa al Musfassirun, Kairo Maktabah Wahbah, 1976 M Juz 1/100. . Muhsin abd al-Hamid, Tathawur Tafsir al-Qurâ 50. . Misyâan al-Aisawi, al-Tafsir al-Tahlili; Tarikh wa al-Tathawur, al-Muâtamar al-Ilm al-Thani li-Kulliyah al-Ulum al-Islamiyah, 2012 M, hal 66. Mengenal Metode Tafsir Tahlili satunya yang ditulis oleh guru imam bukhari, Ali bin Al-Madini w 234. Terbukukan juga ilmu qiraâat seperti buku Abi Ubaid bin Salam w 224. Ahmad bin Zubair al-Kufi dan Ismail bin Ishaq al-Qadhi 282 H. Dibukukan juga ilmu naskh wa mansukh, yang buat oleh Qatadah al-Sadusi, Ibnu Syihab al-Zuhri, dan Muqatil bin Sulaiman Periode keempat, periode penggabungan dari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tafsir. Buku yang paling lama dengan metode tahlili adalah buku yang ditulim oleh imam Muhammad bin Jarir al-Tabari w 310. Beliau menulis kitab tafsirnya dengan metode yang komprehensif dalam mempelajari nash al-Qurâan. Imam Suyuti rhm mengatakan,kitab tafsir al-tabari adalak kitab tafsir yang paling agung lagi mulia, karena di dalamnya dipaparkan perkataan-perkataan sahabat, tabiâin dan ulama dan juga Iârab dan instinbat dari itu, tafsir ini lebih dalam dan luas dari tafsir-tafsir al-Nawawi rhm mengatakan juga tentang tafsir al-Tabari, umat sepakat bahwa belum terdapat kitab yang disusun seperti tafsir demikian, imam al-tabari adalah orang pertama yang meniti jalan tafsir tahlili dan ditulis dalam di dalamnya kaidah-kaidah ilmu ini dan langkah-langkahnya. Imam al Zarkasyi rhm mengatakan bahwa sesungguhnya Muhammad bin Jarir al-Tabari mengabarkan kepada seluruh manusia tentang penafsiran yang beragam, dan mendekatkan sesuatu yang dapat kita katakana bahwa tafsir Ibnu Jarir al-Tabari memiliki keutamaan tersendiri dari kitab-kitab tafsir lainnya baik dari segi waktu, segi faniyah, dan segi pembuatannya. Setelah imam al-Tabari, imam al-Tsaâlabi al-Naisaburi w 427 Hmembuat kitab tafsir al-Qurâ penafsiranyya, beliau terpengaruh dengan metode yang digunakan oleh imam mengatakan di dalam pengantar kitab tafsirnya, bahwa beliau menyebutkan pendapat 14 ahli nahwu dalam . Abd al-Rahman al-Suyuti, al Itqan fi âUlum al-Qurâan, Madinah Munawarah Majmaâ al-Malik al-Fahd, 1426H 4/212. . Muhyiddin Syarof al-Nawawi, Tahdzib al-Asmaâ wa al-Lugat Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyah1/78 . Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi âUlum al-Qurâan Kairo Dar l-Turats, 1984 juz 2/76. . Ahmad Al-Tsaâlabi, al-Kasyf wa al-Bayan, Beirut Dar al-Ihyaâ al-Turats al-Arabi 2002 M juz 1/75. Mengenal Metode Tafsir Tahlili juga muncul kitab tafsir âMaâalim al-Tanzilâ karangan imam al-Bagawi w 516. Tafsir yang lebih jelas dan dalam lagi dalam penggunaan metode tahlili adalah tafsir Ibnu Hayyan al-Andalusi w 745, beliau menulis tafsir yang bernama âal-Bahr al-Muhi>thâ. Ibnu Hayyan dalam pengantar bukunya menjelaskan langkah-langkahnya dalam menafsirkan al-Qurâan secara terperinci dan mengawali penafsiran ayat dengan menjelaskan mufradat ayat, yakni kata-perkata dijelaskan makna bahasa dan beliau menjelaskan tafsir ayat dengan menyebutkan sebab nuzul ayat, jika memiliki asbab nuzul. Kemudian beliau menjelaskan nasakh atau tidaknya ayat yang dibahas, dan menyebutkan keterkaitan ayat dengan ayat sebelumnya, atau surat sebelumnya. Beliau juga menjelaskan macam-macam qiraat yang mutawatir dan Ragam Metode Tafsir Tahlili Dalam perkembangan penafsiran al-qurâan, metode tafsir tahlili memiliki ragam penggabungan antara metode tafsir tahlili dengan pendekatan tafsir bil maâtsur dan tafsir bil raâyi dirayah.Oleh karena itu, tafsir tahlili âminimalnya- memiliki dua ragam; 1. Tafsir tahlili bil maâtsur Dalam hal ini, metode tafsir tahlili berusaha menjelaskan ayat-ayat secara terperinci dengan menggunakan pendekatan tafsir bil maâ yang dimaksud dengan tafsir bil maâtsur adalah penafsiran ayat-ayat al-Qurâan berlandaskan pada penjelasan dalam ayat yang lain, dan pada hadits-hadits nabawi, dan pada perkataan para sahabat dan tabiâin. Di antara tafsir tahlili yang menggunaka pendekatan tafsir bil maâtsur yaitu; a. Tafsir Jamiâ al-Bayan fi Taâwil ayat al Qurâan, b. Maâalim Tanzil tafsir al-Qurâan al-Adzim, Ibnu al-Durr al-Maâtsur fi al Tafsir bi al-Maâtsur Suyuti. E, . Muhammad Yusuf, Abu Hayyan, Al-Bahru al-Muhith Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1993 juz 1/103. Mengenal Metode Tafsir Tahlili 2. Tafsir tahlili bil raâyi Ragam tafsir tahlili yang kedua adalah penggunaan pendekatan tafsir bil Raâ dalam penjelasan tafsir tahlili ini, mufasir menggunakan sumber raâyu yang didukung dengan kaidah-kaidah tafsir dan cabang-cabang ilmu tafsir. Di antara tafsir tahlili yang menggunakan pendekatan tafsir bil raâyi yaitu; a. Tafsir al-Khazin, al-Khazin. B, Anwar Tanzil wa Asrar Al-Taâwil,al-Baydhawi. C, Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qurâan, Thanthawi tafsir al-Manar, Muhammad Rasyid. G. Langkah Penafsiran Tahlili Tidak terhenti perjalanan tafsir tahlili sampai pada ulama terdahulu tafsir tahlili sampai saat ini masih relevan dan dapat digunakan dalam penafsiran al-Qurâan sebagaimana perkembangan kehidupan manusia secara ini ada beberapa langkah yang digunakan para ulama terdahulu dalam penafsiran al-Qurâan dengan metode tahlili; Pertama, penjelasan makna kata dalam al-Qurâ penjelasan asbab nuzul ayat sebab turunnya ayat. Ketiga, penjelasan munasabah antar ayat dan surat sebelumnya. Keempat, penjelasan Iârab ayat dan macam-macam qiraat ayat. Kelima, penjelasan kandungan balagahnya dan keindahan susunan kalimatnya. Keenam, penjelasan hukum fiqih yang diambil dari ayat. Ketujuh, penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya. Tujuh point inilah yang merupakan inti dalam metode tafsir tahlili, yang digunakan oleh para ahli tafsir terdahulu dalam buku tafsir saja langkah-langkah di atas bukan berarti harus berurutan seperti urutan di atas, tetapi itu adalah langkah secara umum para ahli tafsir dalam metode sebagian ahli tafsir tidak menggunakan salah satu langkah yang di sebagian mufasir mengedepankan makna umum dari pada penjelasan Iârab, sesuai yang dipandang penting oleh ahli tafsir penulis dalam tafsirnya. Sebagaimana juga ada mufassir yang tidak mengelompokkan tafsirnya seperti di atas, akan tetapi mufassir menjelaskan tafsirnya secara natsryakni campur dan menyatu antara penjelasan makna dan penjelasan lainnya. Pada zaman kontemporer sekarang ini, Nampak jelas ada perhatian serius ada metode ini. Yakni ada tambahan langkah-langkah Mengenal Metode Tafsir Tahlili baru dari sebelumnya, atau ada pembagian bab yang jelas secara berurutan, sehingga dapat dipahami dengan mudah. Perkembangan ini banyak terjadi pada dunia akademisi, terkhusus pada akademisi jurusan tafsir, baik tafsir surat tertentu ataupun tafsir al-Qurâan secara keseluruhan. Di antara tema bab yang ditawarkan dalam metode tafsir tahlili ini sebagai berikut pertama, Apa faidah dari nash ayat î î©îîîîŽîłî îîŁ, kedua, Hikmah pensyariatan dalam ayat, ketiga, Iâjaz keilmuan dalam nash al-Qurâan, keempat, Penjelasan historis masyarakat saat ayat turun, kelima, Kandungan pengetahuan individu dan sosial kontemporer. 1. Apa faidah dari nash ayat îŽîłîîîŁîșîšîîîîŠîŁîî©îîî Nash al-Qurâan mengandung banyak petunjuk, makna, dan ini menunjukkan tingkatan tertinggi kefasihan bahasa dan itu juga, ada faidah yang diambil dari nash ayat dan ruhnya, tetapi faidah ini mengantarkan pada faidah dalam kehidupan ilmiah. Adanya langkah ini akan menjadi mengingat bagi pembacanya, atau memberikan ringkasan baginya. langkah ini îșîšîîî îŠîŁî î©îîîîŽîłî îîŁ terkadang dengan nama lain seperti; Hidayah ayat îîłî”îî îîłîîȘî«, Fawaid ayat îîîłî”îî îȘîîîźî, dan petunjuk ayat îî€îłîźîîîîîîîłî”îîîȘîŽîîîîȘî·îźîîîîŁ. 2. Hikmah pensyariatan dalam ayat Ini mungkin yang dibutuhkan dalam di masa sekarang besar masyarakat mencari penjelasan hikmah pensyariatan, agar hati mereka thumaâninah. Mereka menyadari bahwa apa yang dibawa islam dalam Al-Qurâan selaras dengan akal, ilmu dan realita. Hal ini akan kita temukan dalam kitab-kitab tafsir modern seperti RawaâI al-bayan dan al-Tafsir al-Munir. 3. Iâjaz keilmuan dalam nash al-Qurâan Ada beberapa ayat yang mengandung petunjuk pada bidang keilmuan dan penemuan ilmiah modern,seperti ilmu falak astronomi, , seperti yang dinamakan oleh Abu Bakar al-Jazairi dalam kitab tafsirnya âAisar al-Tafasirâ . seperti yang dinamakan oleh Muhammad Nashir al-Umar dalam tafsirnya pada surat al-Hujurat. . seperti yang dinamakan oleh Muhammad Ali al-Shabuni dalam tafsir âRawaiâ al-Bayan Fi Tafsir Ayat al-Ahkamâ. Mengenal Metode Tafsir Tahlili ilmu kedokteran dan al-Qurâan bukan buku ilmu astronomi, kimia, kedokteran, hanya saja al-Qurâan mengobati manusia dan membentuk psikologi, akhlak, dan diberikan ruang untuk meneliti dan eksperimen pada bidang ilmiah kauniyah. Para ulama kaum Muslimin juga memandang baik dalam mengambil manfaat dari hasil penelitian tentang alam, kehidupan, dan manusia untuk memahami al-Qurâ itu dapat memperdalam pemahaman mengenai nash al-Qurâan. Hanya saja tidak boleh untuk memperkuat pendapat perorangan sedangkan tidak ada korinah yang kuat. 4. Penjelasan historis masyarakat sosiologis saat ayat turun Kondisi masyarakat atau kejadian yang terjadi sebelum turunya ayat al-Qurâan atau apa yang terjadi di masa Nabi Muhammad saw sangat membutuhkan perincian dan penjelasan yang cukup. Sehingga pembaca dapat memahami petunjuk ayat secara ada isyarat pada beberapa kejadian yang membutuhkan pengetahuan yang syamil komprehensif, dikarenakan ayat turun berkenaan tentang kejadian ayat-ayat permulaan pada surat al-Mujadilah juz 28. 5. Kandungan pengetahuan insani dan sosial kontemporer seperti ilmu psikologi, ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu pendidikan dan lainnya. Tidak diragukan lagi, bahwa sebagian besar dari ilmu-ilmu yang ada di zaman sekarang ini memiliki dasar dan akar di dalam al-Qurâ al-Suyuti mengatakan bahwa kitabullah al-Qurâan mencakup segala sesuatu ilmu.Adapun berbagai beragam ilmu yang ada itu ada petunjuknya di dalam al-Qurâan. Pada kesempatan yang lain imam Suyuti mengatakan bahwa al-Qurâan berisikan juga ilmu-ilmu selain ilmu terdahulu, seperti kedokteran, arsitek, dan ulama tafsir tidak melarang untuk mengambil pengetahuan manusia dalam bidang ilmu apapun dan menjadikannya sebagai khidmah pada al-Qurâan al-karim, bukan sebagai alat untuk menghukumi al-Qurâan.. Imam Suyuti, al-Iklil fi istinbat al-Tartil. . Misyâan al-Aisawi, al-Tafsir al-Tahlili; Tarikh wa al-Tathawur, al-Muâtamar al-Ilm al-Thani li-Kulliyah al-Ulum al-Islamiyah, 2012 M, hal 75-76 Mengenal Metode Tafsir Tahlili H. Kesimpulan Pada akhirnya, penulis mengatakan bahwa tafsir tahlili merupakan metode tafsir yang sebagian besar para ahli tafsir menggunakannya untuk berkhidmat pada kitab Allah taâala. Para ahli tafsir tidak meninggalkan sesuatu yang mempedalam/memperluas ruang pemahaman ayat melainkan mereka akan menggunakan metode itu atau mengikut sertakan penjelasan itu. Akan tetapi ada perbedaan di antara mufassir itu merupakan antara ahli tafsir ada yang menjelaskan tafsirnya secara luas komprehensif, ada pula yang menjelaskan secara ringkas dan padat. Pada zaman kontemporer ini, ada penambahan dalam bab atau penjelasan dalam tafsir. Zaman ini telah memberikan saham dalam menjelaskan nash al-Qurâan yang sesuai dengan tabiat zamannya. Muncul di zaman ini tafsir ilmi, yang merupakan bukti kebenaran firman Allah dalam bidang aâlam Mengenal Metode Tafsir Tahlili DAFTAR PUSTAKA Muhammad Al-Razi, Mukhtar Al Shihah, Kairo Al-Saktah Al-Jadid, 1329H Muhsin Abd Al-Hamid, Tatawur Tafsir Al-Qurâan. Abd Al-Rahman Al-Suyuti, Al Itqan Fi âUlum Al-Qurâan, Madinah Munawarah Majmaâ Al-Malik Al-Fahd, 1426H Muhammad Husain Al-Dzahabi, Al-Tafsir Wa Al Musfassirun, Kairo Maktabah Wahbah, 1976 M Misyâan Al-Aisawi, Al-Tafsir Al-Tahlili; Tarikh Wa Al-Tathawur, Al-Muâtamar Al-Ilm Al-Thani Li-Kulliyah Al-Ulum Al-Islamiyah, 2012 M. Abd Al-Rahman Al-Suyuti, Al Itqan Fi âUlum Al-Qurâan, Madinah Munawarah Majmaâ Al-Malik Al-Fahd, 1426H Muhyiddin Syarof Al-Nawawi, Tahdzib Al-Asmaâ Wa Al-Lugat Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah Muhammad Abd Al Adzim Al-Zarqani, Manahil Al Urfan Fi Ilm Al Qurâan Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi, 1995 M. Muhammad Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fi âUlum Al-Qurâan Kairo Dar L-Turats, 1984 M. Ahmad Al-Tsaâlabi, Al-Kasyf Wa Al-Bayan, Beirut Dar Al-Ihyaâ Al-Turats Al-Arabi 2002 M Muhammad Yusuf, Abu Hayyan, Al-Bahru Al-Muhith Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1993 Juz 1/103. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qurâan Jakarta Pustaka Pelajar, 1988. Definition Of Method, Accessed Oktober 2017. Https// Definisi Kata Metode, Diakses Oktober 2017, Https// Ahmad Bin Faris, Muâjam Maqayis Dar Al-Fikr, 1979 M. Musaâid Al-Tayyar, Suâal An Al-Tafsir Al-Tahlili, Http// Mengenal Metode Tafsir Tahlili ... Menurut kajian Muhammad Salih al-Din 2010, Dr. Wahbah menggunakan metode penafsiran secara taáž„lÄ«lÄ«, iaitu mentafsirkan al-Quran mengikut tertib dan urutan yang sama dengan yang tertulis di mushaf. Hal ini juga selari dengan kajian Rokim 2017 yang menegaskan bahawa salah satu langkah pentafsiran al-Quran oleh ulama terdahulu yang menggunakan metode taáž„lÄ«lÄ« ialah menerangkan maksud perkataan dalam al-Quran, menyatakan asbÄb al-nuzĆ«l, munÄsabÄt antara surah dan surah, i'rÄb dan pelbagai qirÄ'at. Selain daripada itu penjelasan kandungan balÄgahnya dan keindahan susunan kalimatnya, penjelasan hukum fekah yang diambil dari ayat dan penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya. ...... Kajian Rokim 2017 menjelaskan bahawa kitab al-TafsÄ«r al-MunÄ«r adalah antara kitab yang membincangkan hikmah sesuatu hukum itu disyariatkan dan perkara ini amat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah masyarakat. Boleh dikatakan setiap perkara yang disyariatkan, Dr. Wahbah akan menyertakannya seperti hikmah pengucapan sumpah dalam li'Än secara berulang-ulang ketika menghuraikan ayat 6-10 dalam bahagian al-fiqh wa al-áž„ayÄh. ... Miftah Khilmi HidayatullohThe 19th century was the century of colonialization of the Islamic world. At that time, Abduh offered the tajdid idea through the Qur'an interpretation as a response to the condition of Muslims who were slumped and colonized by the West. The researcher examines more deeply the intellectual history of Abduh's interpretation, by describing the conditions before Abduh's interpretation was delivered genesis and the conditions after impact. Lacapra's theory of intellectual history is used to deepen this research by describing the six contexts surrounding Abduh's interpretation, namely intentions, motivation, society, culture, corpus, and structure/ analogous concepts. The results of the preliminary research that we have done state that Abduh offers a simple, pro-science, and socially-styled interpretation of the Qur'an so that it can be a source of guidance for Muslims who are being colonized to regain happiness in the world and the hereafter.... Menurut kajian Muhammad Salih al-Din 2010, Dr. Wahbah menggunakan metode penafsiran secara taáž„lÄ«lÄ«, iaitu mentafsirkan al-Quran mengikut tertib dan urutan yang sama dengan yang tertulis di mushaf. Hal ini juga selari dengan kajian Rokim 2017 yang menegaskan bahawa salah satu langkah pentafsiran al-Quran oleh ulama terdahulu yang menggunakan metode taáž„lÄ«lÄ« ialah menerangkan maksud perkataan dalam al-Quran, menyatakan asbÄb al-nuzĆ«l, munÄsabÄt antara surah dan surah, i'rÄb dan pelbagai qirÄ'at. Selain daripada itu penjelasan kandungan balÄgahnya dan keindahan susunan kalimatnya, penjelasan hukum fekah yang diambil dari ayat dan penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya. ...... Kajian Rokim 2017 menjelaskan bahawa kitab al-TafsÄ«r al-MunÄ«r adalah antara kitab yang membincangkan hikmah sesuatu hukum itu disyariatkan dan perkara ini amat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah masyarakat. Boleh dikatakan setiap perkara yang disyariatkan, Dr. Wahbah akan menyertakannya seperti hikmah pengucapan sumpah dalam li'Än secara berulang-ulang ketika menghuraikan ayat 6-10 dalam bahagian al-fiqh wa al-áž„ayÄh. ...... Menurut kajian Muhammad Salih al-Din 2010, Dr. Wahbah menggunakan metode penafsiran secara taáž„lÄ«lÄ«, iaitu mentafsirkan al-Quran mengikut tertib dan urutan yang sama dengan yang tertulis di mushaf. Hal ini juga selari dengan kajian Rokim 2017 yang menegaskan bahawa salah satu langkah pentafsiran al-Quran oleh ulama terdahulu yang menggunakan metode taáž„lÄ«lÄ« ialah menerangkan maksud perkataan dalam al-Quran, menyatakan asbÄb al-nuzĆ«l, munÄsabÄt antara surah dan surah, i'rÄb dan pelbagai qirÄ'at. Selain daripada itu penjelasan kandungan balÄgahnya dan keindahan susunan kalimatnya, penjelasan hukum fekah yang diambil dari ayat dan penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya. ...... Kajian Rokim 2017 menjelaskan bahawa kitab al-TafsÄ«r al-MunÄ«r adalah antara kitab yang membincangkan hikmah sesuatu hukum itu disyariatkan dan perkara ini amat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah masyarakat. Boleh dikatakan setiap perkara yang disyariatkan, Dr. Wahbah akan menyertakannya seperti hikmah pengucapan sumpah dalam li'Än secara berulang-ulang ketika menghuraikan ayat 6-10 dalam bahagian al-fiqh wa al-áž„ayÄh. ...... Menurut kajian Muhammad Salih al-Din 2010, Dr. Wahbah menggunakan metode penafsiran secara taáž„lÄ«lÄ«, iaitu mentafsirkan al-Quran mengikut tertib dan urutan yang sama dengan yang tertulis di mushaf. Hal ini juga selari dengan kajian Rokim 2017 yang menegaskan bahawa salah satu langkah pentafsiran al-Quran oleh ulama terdahulu yang menggunakan metode taáž„lÄ«lÄ« ialah menerangkan maksud perkataan dalam al-Quran, menyatakan asbÄb al-nuzĆ«l, munÄsabÄt antara surah dan surah, i'rÄb dan pelbagai qirÄ'at. Selain daripada itu penjelasan kandungan balÄgahnya dan keindahan susunan kalimatnya, penjelasan hukum fekah yang diambil dari ayat dan penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya. ...... Kajian Rokim 2017 menjelaskan bahawa kitab al-TafsÄ«r al-MunÄ«r adalah antara kitab yang membincangkan hikmah sesuatu hukum itu disyariatkan dan perkara ini amat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah masyarakat. Boleh dikatakan setiap perkara yang disyariatkan, Dr. Wahbah akan menyertakannya seperti hikmah pengucapan sumpah dalam li'Än secara berulang-ulang ketika menghuraikan ayat 6-10 dalam bahagian al-fiqh wa al-áž„ayÄh. ...... Menurut kajian Muhammad Salih al-Din 2010, Dr. Wahbah menggunakan metode penafsiran secara taáž„lÄ«lÄ«, iaitu mentafsirkan al-Quran mengikut tertib dan urutan yang sama dengan yang tertulis di mushaf. Hal ini juga selari dengan kajian Rokim 2017 yang menegaskan bahawa salah satu langkah pentafsiran al-Quran oleh ulama terdahulu yang menggunakan metode taáž„lÄ«lÄ« ialah menerangkan maksud perkataan dalam al-Quran, menyatakan asbÄb al-nuzĆ«l, munÄsabÄt antara surah dan surah, i'rÄb dan pelbagai qirÄ'at. Selain daripada itu penjelasan kandungan balÄgahnya dan keindahan susunan kalimatnya, penjelasan hukum fekah yang diambil dari ayat dan penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya. ...... Kajian Rokim 2017 menjelaskan bahawa kitab al-TafsÄ«r al-MunÄ«r adalah antara kitab yang membincangkan hikmah sesuatu hukum itu disyariatkan dan perkara ini amat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah masyarakat. Boleh dikatakan setiap perkara yang disyariatkan, Dr. Wahbah akan menyertakannya seperti hikmah pengucapan sumpah dalam li'Än secara berulang-ulang ketika menghuraikan ayat 6-10 dalam bahagian al-fiqh wa al-áž„ayÄh. ...... Jika suatu produk tafsir dituliskan berdasarkan tartÄ«b al-ayah wa al-suwar maka dapat diketahui bahwa metode yang digunakan dalam tafsir tersebut adalah ijmÄli dan taáž„lili. Untuk membedakan kedua metode tersebut, dapatlah dilihat dari panjang dan pendeknya penjelasan yang terdapat di dalamnya Rokim, 2017. Jika penjelasan di dalamnya dijelaskan secara umum, maka metode yang digunakan adalah ijmÄli dan jika penjelasan di dalamnya dijelaskan secara panjang lebar menyentuh berbagai aspek, maka metode yang digunakan adalah metode taáž„lili. ...Akhdiat AkhdiatAbdul KholiqPenafsiran Al-Qurâan telah dimulai sejak masa Nabi Muhammad SAW sampai dengan sekarang ini. Suatu produk penafsiran yang muncul dari masa Nabi SAW sampai sekarang tentulah berbeda, baik dari metode maupun kesimpulan yang dihasilkan. Hal itu terjadi karena kebutuhan suatu penafsiran setiap masa selalu berbeda-beda. Di samping itu munculnya anggapan bahwa produk tafsiran lama tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman akan setiap permasalahan manusia. Maka karena itu, dari empat metode yang sudah disimpulkan oleh Al-Farmawi, yaitu ijmÄli, taáž„lÄ«li, muqÄran, dan metode mauážĆ«âi, penulis mencoba untuk membahas metode ijmÄli. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas kemunculan tafsir ijmÄli, dasar dan urgensi tafsir ijmÄli, langkah-langkah tafsir ijmÄli dan kelebihan serta kekurangan tafsir ijmÄli. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif berbasis library research dengan pendekatan analisis-deskriptif. Berdasarkan metode tersebut, artikel ini menemukan hasil bahwa metode ijmÄli muncul pertama kali pada masa Nabi SAW. Tafsir ijmÄli adalah metode penafsiran Al-Qurâan dengan penjelasan singkat, global dan tidak panjang lebar. Dan metode ini sangat cocok untuk digunakan bagi pemula dan orang awam dalam memahami Al-Qurâan. Adapun langkah-langkahnya adalah menguraikan ayat secara sistematika Al-Qurâan, menjelaskan secara umum serta makna mufradatnya, berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Arab, dan bahasa yang digunakan mengupayakan pemilihan diksi yang mirip dengan lafadz yang digunakan oleh Al-Qurâan. Di samping itu metode ijmÄli memiliki kelebihan jelas dan mudah dipahami, terbebas dari penafsiran israiliyat dan dekat dengan bahasa Al-Qurâan. Sedangkan kekurangannya adalah petunjuk Al-Qurâan yang tidak utuh/parsial dan penafsiran dangkal atau tidak menyeluruh.... Metode ini menafsirkan dengan pola ma'tsur dan ra'yi. Pemaknaan teks dilaksanakan secara utuh yang disertai pencantuman asbabun nuzul, munasabah antar ayat, dan pengertian setiap kosakata yang terbilang sulit Rokim, 2017. Perkembangan metode ini terbagi pada tiga periode. ...Ihsan ImadudinAini Qurotul AinTulisan ini bertujuan untuk memetakan kategorisasi tafsir serta problematikanya dengan meninjau dari tiga aspek yaitu sumber, metode, dan corak penafsirannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan library research atau studi pustaka. Hasil studi menunjukan bahwa dari segi sumber tafsir terbagi menjadi dua kategori yaitu sumber primer atau tafsir bil maâtsur dan sumber sekunder atau tafsir bil raâyi. Ditinjau dari segi metode, tafsir terbagi menjadi empat kategori yaitu tahlili, ijmail, moqaran dan maudhuâi. Ditinjau dari segi corak, kategori tafsir memilik variasi corak yang sangat banyak di antaranya corak lughawi, hukmi, falsafi, sastra, ilmi, adab ijtimaâi, dan akan terus muncul corak baru sesuai dengan perkembangan zaman. Kategorisasi tafsir ini hasil selain mempermudah dalam pemetaan keilmuan Al-Qurâan, dalam prosesmya ternyata menemui beberapa problematika terutama dalam aspek aksiologi dan SalsabilaThis study aims to discuss the concept of covering the genitals from the perspective of the Qur'an in Surah An-Nur verse 31 from the perspective of Karim's interpretation of the Qur'an and the interpretation of An-Nur. This research method is qualitative through literature study with a fiqh approach. This study concludes that there are similarities in the interpretation of women's genitalia according to the interpretation of the Qur'an Karim by Mahmud Yunus and the interpretation of An-Nur by Hasbi Ash-Shiddieqy, namely all parts of the body except the face, the palms of the hands and the soles of the feet, both of which refer to the opinion of Ibn Abbas. However, there is also a difference in the limits of a woman, according to the interpretation of the Qur'an Karim by Mahmud Yunus, a woman's half arm and half calf can be seen because these body parts are usually seen when working, this refers to the opinion of the Hanafi school. According to Hasbi Ash-Shiddieqy's interpretation of An-Nur, shaking hands with non-mahrams is not haram, because women's palms are not part of the Azmi FaridaZainal AbidinAbstrak Karya tulis ini membahas peran penting sebagai media yang menyuarakan moderasi Islam. Dalam konteks saat ini, suara kelompok konservatif-Islamis masih mendominasi dunia maya, sehingga perlu melakukan langkah strategis untuk membalikkan keadaan. Langkah strategis ini disebut sebagai gerakan Escape from Echo Chamber Keluar dari Ruang Gema. Echo Chamber sesungguhnya berupa algoritma digital yang memudahkan pencarian konten sesuai keinginan pengguna media sosial. Namun, lama-kelamaan Echo Chamber menjadi ruang eksklusif yang tertutup. Algortima ini dikhawatirkan karena kondisi sekarang masih didominasi oleh kelompok konservatif-islamis. Maka, Peran penting dalam menyuarakan moderasi Islam perlu hadir secara maksimal. Terlebih, konten tafsir digital menjadi rujukan karena slogan kembali ke Al-Qurâan dan hadis semakin eksis di Indonesia. Sebagai penelitian kualitatif, karya tulis ini dideskripsikan secara analitik, Adapun hasil penelitian ini yaitu gerakan Escape from Echo Chamber dimaknai sebagai upaya untuk sosialisasi tafsir digital yang moderat secara nyata, baik melalui kunjungan ke instansi pendidikan ataupun melalui festival keagamaan khas anak muda. Kata Kunci Tafsir Digital, Escape from Echo ChamberAhmad Fadhil RizkiSudirman M. Johan Afrizal NurThe Phenomena that occur at this time are very detrimental to society, namely conflicts and wars that occur at every point in the world since ancient times until now it will never end and will continue until the future because there is no solution in it, but in the Al-Quran, Allah SWT told a story about the politic of Balqis in the letter Al-Naml verses 32-35, namely a queen who was able to solve the war problems that would be faced with good and wise when getting a letter from the Prophet Sulaiman as containing invitation to believe in Allah SWT or will be fought if refused it, she was not in a hurry in making decision. First, she held a deliberation with her dignitaries to get the best suggestions and opinions, Second, think carefully even though she had a large amount, complete weapons and trained troops, but she also thought about the risks that would be faced after the war, Third, taking lessons from previous historical experience if the kings have fought and won, they would ruin the place and hold people to be their slaves. Fourth, from the deliberation, she considered sending a gift to the Prophet Sulaiman to change his decision, Fifth, after careful consideration, the queen of balqis decided to make peace because if she made a wrong decision the people of Sabaq would become victims of the war, from the story above, it can be concluded that the deliberation is a solution for the people to achieve the best consideration, mutual agreement and bring peace to each community and Al-Qur"an Kairo Dar L-TuratsAl-Burhan FiMuhammad Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fi "Ulum Al-Qur"an Kairo Dar L-Turats, 1984 Penafsiran Al-Qur"an Jakarta Pustaka PelajarNashruddin BaidanNashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur"an Jakarta Pustaka Pelajar, 1988.
ciri ciri tafsir tahlili